Jodoh yang paling pasti adalah kematian.
“Kematian adalah anugerah tertinggi yang
bisa diberikan cinta kepadamu.”
Tapi maukah kau menemaniku
menunggu mautku?
“Justru aku menanti dalam mautmu
saat itulah kau baru bisa menikah.”
Inginku, hingga akhir waktuku,
menjadi kenangan dalam hidupmu.
“Adakah kenangan yang lebih abadi
dari kematian?”
Aku sendiri yang harus mengatasnamakan
keakuanku di atas kuburanku, duniaku.
“Bila itu terjadi, kau baru tulus mencintai
tapi tak perlu sentimentil begitu, biarlah
menjadi rahasiamu sendiri.”
Aku terasing di dunia lain, sendiri
di ruang kosong, gelap, sesak hampa.
“Ada yang harus dilakukan di situ, sayang
sebagai maskawin sebelum kau kembali.”
Kalo aku tiba-tiba mati bagaimana?
Kamu menangis?
“Ih, gemes aku padamu, kemarilah, sayang
kemarilah, biar kudekap tubuhmu
saat pernikahan sudah datang.”
Hei, kau ini siapa?
“Aku adalah kematian dirimu.”
Jalan Kehidupan
Ada masa dimana jiwa bergejolak duka
Saat pertumpahan hati tak lagi bersua
Garis kehidupan harus kita jalani
Sambil Meniti jejak kesalahan masa lalu
Walau samar terlihat cahaya pelangi
Walau rintih terdengar suara kecapi
Aku yakin semua akan berakhir indah
Bagai bunga mawar mewangi
*
*
Hidup untuk hidup
Dalam damai ada naungan kebahagiaan
Bila tutur terjerat kepalsuan Sulit kita meraihnya
Damai itu kejujuran dan Kebahagiaan itu tujuan
Aku terdiam dan menghilang
Sejenak merenung apa yang terlelah kulakukan
Sekian lama menanti berdirinya kemenangan
Lukisan nurani mulai memudar
Gambar raut wajah sirna berlalu
Apakah ini jawaban itu?
Dimensi ruang dan waktu
Bersatu dalam goresan pena
Ku luapkan keinginan menggapai Kesempurnaan
Yaitu Kebahagiaan
*
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar